PERTANIAN MENJADI SOLUSI KEHIDUPAN DAN TUJUAN HIDUP
Idzhar Jaya N. - Staff Komunikasi Eksternal
Drs. H. Sjachrani Mataja, MM, MBA (Komisi IV DPR-RI) memberikan pandangan
terkait isu-isu terhadap Pertanian saat
ini
(Jakarta,04/02/2015)
Forum Komunikasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (FKMPI) melakukan dialog
empat mata bersama salah satu anggota Komisi IV DPR RI, yaitu Drs. H.
Sjachrani Mataja, MM, MBA bertempat di Ruang Rapat DPR RI Lt.21. Pada
kesempatan ini pihak mahasiswa diwakili oleh Ahmad Jazilil Mustopa
(Koordinator FKMPI) dan Idzhar Jaya Nugraha (Staff Ahli FKMPI). Kegiatan
ini berangkat dari rasa peduli mahasiswa dalam memberikan aspirasi
langsung oleh mahasiswa terhadap lembaga Legislatif mengenai isu-isu
strategis pertanian di Indonesia saat ini.
Berdasarkan hasil diskusi dari audiensi yang FKMPI lakukan, ada beberapa
masalah pokok yang menjadi hal utama untuk perlu dikedepankan dalam
pertanian saat ini, yaitu : (1) Masih banyaknya sarjana pertanian yang
menganggur di Indonesia, (2) pengerahan tenaga babinsa sebagai penyuluh,
(3) lemahnya kebijakan ekspor dan impor produk pertanian di era
pemerintahan baru yang pro rakyat, (4) realisasi subsidi pupuk yang
belum tepat sasaran dan (5) lemahnya integrasi dalam pembangunan
industrialisasi pedesaan. Berikut beberapa petikan audiensi kami bersama
anggota DPR Komisi IV ini :
1.
Bagaimana Bapak melihat Fenomena Sarjana Pertanian Saat ini yang minim
kontribusi dalam pertanian itu sendiri ?
Melihat fenomena yang berkembang saat ini, regenerasi pertanian bisa
dikatakan menemui jalan terjal, pasalnya rendahnya minat kaum muda untuk
terjun dalam profesi pertanian. Hal ini diakui oleh pak Sjachrani,
beliau berpendapat “Sarjana pertanian udah gamau jadi petani bahkan,
sekarangpun petani sendiri gamau anaknya menjadi petani. Hal ini
tentunya sangat ironi sekali, melihat negara kita agraris, ketika
belumterbukanya pikiran kita bahwa pertanian itu suatu profesi yang
memiliki nilai kepentingan hidup yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk
kesejahteraan masyarakat luas”. Beliau pun memberikan penjelasan bahwa
masyarakat Indonesia sebetulnya banyak sekali yang bisa didapatkan
dengan bertani dan memiliki reputasi yang sangat tinggi, seperti halnya
di Jepang. “Petani-petani yang ada disana itu rata-rata S2 lho. Mereka
punya lahan besar dan manajemen yang baik bahkan mereka sendiri tidak
sungkan untuk terjun langsung ke dalam sawah dan hebatnya lagi panen
yang dihasilkan tidak hanya dirasakan oleh negaranya saja, tapi
orang-orang negara luar pun dapat merasakannya. Seperti contoh, orang
Amerika yang datang ke Jepang itu bawa oleh-olehnya ya beras Jepang
dengan harga ±25.000/kg berasnya pulen dan enak dimakan, Nah bagaimana
sarja pertanian kita kalau bisa seperti itu ?, pungkas Bupati 2 periode
Kotabaru, Banjarmasin. Dari penjelasan beliau tersebut, dapat dijelaskan
bahwa petani harus punya nilai domain dalam memberikan kontribusi,
sehingga tak perlu malu untuk menjadi petani, bahkan dari petani bisa
menjadi manajer yang mampu mengelola segala aspek yang tidak hanya di
dunia pertanian, namun dalam kegiatan lain pun petani bisa, karena sudah
ada ilmu basic yang dimilikinya. Anggota DPR Fraksi Gerindra ini
menambahkan “Kalai petani nya sarjana dan master, Ga herankan kalau
nanti petani bisa naik haji, beli rumah tingkat punya motor dan mobil ?,
ubahlan mindset bahwa petani itu kumuh, jelek dan segala macemnya!”.
Tingkatkan inovasi teknologi melalui pendidikan dan riset sangat penting
dilakukan, Thailand bisa unggul dalam swasembada berasnya, karena
mereka unggul dalam riset yang dilakukan, fasilitias terpenuhi dan SDM
nya pun berkualitas”.
2.
Bagaimana pandangan legislatif terhadap pengerahan Babinsa sebagai
penyuluh ?
“Saya rasa hal ini perlu didukung, walau memang secara keilmuwan memang
bukan menjadi bagiannya. Namun patut disadari pula bahwa tupoksi dari
TNI ialah menjaga keamanan Negara, cara mereka memelihara keamanan ialah
dekat dengan rakyat melalui bertani dan hal tersebut bukan urusan yang
mudah, sehingga memang Babinsa sendiri menjadi tanggungan yang cukup
berat. Dan inilah momentumnya bagi sarjana pertanian, untuk menunjukkan
eksistensinya”, jelasnya. Memang seharusnya Penjelasan detailnya, hal
tersebut perlu dibuktikan ketika memang sarjana pertanian bukan untuk
menjadi penyuluh, akan tetapi memberikan contoh terlebih dahulu terhadap
tetapi ilmu yang selama bangku perkuliahan diperoleh bisa dapat di
eksekusi langsung hasil pemikirannya dengan membuka lahan untuk bertani
kemudian dikembangkannya dan bisa dilihat, mampukah bersaing dengan para
petani yang mungkin masih menggunakan ilmu dan teknologi seadanya dan
berimplikasi terhadap panen yang dihasilkan.
Mahasiswa menilai secara pemikiran hal tersebut logis, namun sudah
sejauh mana peran pemerintah dalam mendorong pendidikan pertanian di
Indonesia ?. Hal ini bisa dibuktikan masih banyak pendidikan Tinggi di
Indonesia yang ada fakultas pertaniannya, belum bisa memberikan
kontribusi lebih dalam pertanian itu sendiri. Sehingga beralih profesi
atau bahkan menganggur?. Dan mahasiswa pun memberi solusi bahwa
seharusnya ada sinergi langsung untuk memberikan kemajuan pendidikan
pertanian antar lembaga kementerian, yaitu Kementerian Pertanian dan
Kementerian Pendidikan Tinggi dalam menciptakan kurikulum pendidikan
pembangunan pertanian.
3.
Bagaimana pandangan Bapak dalam menyikapi lemahnya kebijakan ekspor dan
impor produk pertanian di era pemerintahan baru yang pro rakyat ?
“Ya tentunya kita terus menyuarakan kepada pemerintah terkait hal
tersebut.Kita sangat menyadari bahwa Indonesia masih dalam kategori
negara berkembang dan masih belum siap menjaga diri”. Hal ini bisa kita
lihat dari kasus yang belum lama terjadi bahwa masih banyak impor bahan
pangan marak terjadi dan bahkan sekarang ditemui apel yang berbakteri
hasil impor dari Amerika. Padahal kalau kita lihat sekarang untuk impor
sudah memakai non-tarrif barrier atau tanpa pajak. Namun, sangat
disayangkan ketika pihak karantina sebagai satu-satunya harapan pembatas
masuknya pangan impor bisa kelolosan dalam mengawasi barang-barang yang
memiliki kekurangan atau tidak sesuai kriteria. Ada beberapa pendapat
juga bahwa pengawasan di karantina jangan terlalu ketatlah, nanti barang
kita ketika di negara lain juga dipersulit.Beliau berpendapat pula
“Jangaan takut kalau barang kita dijegal negara lain, toh kita juga
punya standar dalam pengiriman ekspor. Buat kita ketika memang barang
impor itu jelek atau memiliki moderat ya tolong ditindak jangan main
asal terima aja, Masa kita makan racun ?. Dan ini pentingnya bagi petani
kita juga untuk mendapatkan pembinaan agar memiliki pengetahuan yang
luas dalam kualifikasi standar. Beliau juga memberikan penjelasan bahwa,
dalam memberikan nilai tambah terhadap kualitas petani juga perlu
didukung dengan dibentuknya Bank Tani. Bank Tani ini sebagai sektor
mendukung permodalan bagi petani, Lembaga ini perlu diperkuat baik dari
SDM, Kelembagaan dan pelayanannya dimana tujuan dibentuknya bank tani
untuk satu tujuan, yaitu harus kepentingan petani dan sekarang bukan
lagi petani yang datang ke bank tersebut, melainkan “Bank harus jemput
bola ke petani. Karena memang butuh sosialisasi lebih dalam memberikan
pelayanan ini dan jangan sampai petani menyimpan uang di bawah bantal
ataupun kasur”, jelas beliau. Jadi buatlah pertanian itu menjadi tujuan
hidup yang lebih terkelola dari segala aspek.
4.
Bagaimana Realisasi subsidi pupuk yang belum tepat sasaran ?
“Ya kita tidak bisa mengelak bahwa masih banyak permainan pupuk yang
terjadi di negeri ini, mulai dari permainan kelas tinggi sampai
manipulasi pupuk pun terjadi dan bahkan masih banyak petani yang
mengeluhkan sulitnya mendapat faktor-faktor produksi seperti di daerah
Sumatera dan Jawa yang notabennya adalah lumbung nasional. Adapun contoh
kasus yang bisa di angkat yaitu seperti halnya petani yang belum punya
kelompok tidak boleh membeli pupuk yang bersubsidi atau atau ada juga
salah satu petani ketika ke toko pupuk yang tenyata menjual pupuk
bersubsidi dengan atas nama gapoktan yang sudah tidak aktif dan bahkan
dijual lebih mahal dari harga subsidi. Tentunya hal ini masih perlu
banyak pengawasan. Dari diskusi yang kita lakukan pula bahwa seharusnya
pemerintah tidak lagi memberikan subsidi terhadap input seperti pupuk,
melainkan sudah saatnya kita memberikan subsidi terhadap hasil akhir
dari panen yang dihasilkan petani. Karena kalau terus dipertahankan di
pupuk tentunya akan semakin jadi permainan mata rantai pupuk yang
terjadi saat ini. Pak Sjachrani pun menanggapi “Ya saya setuju, bahkan
seharusnya peran Perum Bulog sebagai penyangga, lebih dimainkan dalam
menetralisir harga produk hilir, sehinga terjadi mekanisme pertanian
yang memberikan petani lebh memilki daya tawar menawar dan mempunyai
nilai dan kembali lagi disinilah seharusnya bank tani ada dalam
memberikan bantuan sebagai fasilitator pemberian subsidi yang
terintegrasi”.
5.
Apakah strategi yang ada dipikiran Bapak dalam menyikapi lemahnya
integrasi dalam pembangunan industrialisasi pedesaan ?
“Saya rasa ini perlu terus kita dorong untuk terus diwujudkan, dan salah
satu langkah strateginya ialah pelaku bisnis. Siapa pelaku bisnis yang
berperan dalam industrialisasi tersebut ?, karena melalui pelaku bisnis
dia yang bisa melihat prospek kedepannya, lalu bagaimana komoditasnya
dan integrasinya kemana saja ? saya rasa ini perlu terus dikemukakan
menjadi isu yang terus dikemukakan. Dan perlunya lagi-lagi bank tani
dalam mewujudkan strategi ini, karena dalam membangun industrialisasi
sangat diperlukan sektor kelembagaan harus bersifat lebih aktif, jangan
Bank yang menunnggu akan tetapi Bank lah yang menjemput bola ke petani.
Pada sisi lain, Integrasi disini perlu lebih diberi kejelasan dan
pengembangan bahwa banyak sekali satu produk pertanian yang bisa
memberikan banyak fungsi. Jangan sampai kita sudah memiliki program
diversifikasi tapi terlihat dalam satu sektor, sehingga hal ini sangat
disayangkan. Industri sendiridapattumbuh dan berkembang jika peningkatan
teknologi berstandar kualifiasi dapat diterapkan. Teknologi ini
bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani melalui
pembentukan industrialisasi petani.
Dari hasil audiensi yang kita lakukan dapat disimpulkan bahwa, sebagai
orang yang memiliki latar belakang pertanian, janganlah malu atau minder
dalam menyampaikan aspirasi. Ubah mindset kita bahwa pertanian itu kaya
dan sangat memiliki prospek yang cerah dalam mencapai tujuan hidup.
Memang banyak permasalahan yang terjadi dalam dunia pertanian ini. Namun
janganlah patah semangat, karena dari hasil buah tangan kitalah, kita
bisa merasakan satu sisi kebahagiaan ketika orang lain bisa
merasakannya. Terus berkarya dan memberikan inovasi dalam pertanian
merupakan sebagai bentuk tanggungjawab kita sebagai penerus bangsa dalam
menjaga terus jati bangsa ini sebagai negara agraris.
Pemikiran boleh berbeda asalkan tujuan tetap sama, hal ini yang perlu
kita pahami bersama dalam menyikapi isu-isu strategis pertanian yang ada
di Indonesia. Strategi sendiri tak akan berhasil pula tanpa adanya
analisis yang akurat baik dari hal kecil hingga yang luas. Oleh karena
itulah perlunya diperkuat peran mahasiswa sebagai pihak akademisi,
Anggota DPR sebagai legislatif dan Pemerintah selaku eksekutif yang
menjadi satu kesatuan stakeholder dalam pembangunanpertanian di
Indonesia.