Jumat, 13 Februari 2015

PERTANIAN MENJADI SOLUSI KEHIDUPAN DAN TUJUAN HIDUP 

Idzhar Jaya N. - Staff Komunikasi Eksternal


Drs. H. Sjachrani Mataja, MM, MBA (Komisi IV DPR-RI) memberikan pandangan terkait isu-isu  terhadap Pertanian saat ini 


(Jakarta,04/02/2015) Forum Komunikasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (FKMPI) melakukan dialog empat mata bersama salah satu anggota Komisi IV DPR RI, yaitu Drs. H. Sjachrani Mataja, MM, MBA bertempat di Ruang Rapat DPR RI Lt.21. Pada kesempatan ini pihak mahasiswa diwakili oleh Ahmad Jazilil Mustopa (Koordinator FKMPI) dan Idzhar Jaya Nugraha (Staff Ahli FKMPI). Kegiatan ini berangkat dari rasa peduli mahasiswa dalam memberikan aspirasi langsung oleh mahasiswa terhadap lembaga Legislatif mengenai isu-isu strategis pertanian di Indonesia saat ini. Berdasarkan hasil diskusi dari audiensi yang FKMPI lakukan, ada beberapa masalah pokok yang menjadi hal utama untuk perlu dikedepankan dalam pertanian saat ini, yaitu : (1) Masih banyaknya sarjana pertanian yang menganggur di Indonesia, (2) pengerahan tenaga babinsa sebagai penyuluh, (3) lemahnya kebijakan ekspor dan impor produk pertanian di era pemerintahan baru yang pro rakyat, (4) realisasi subsidi pupuk yang belum tepat sasaran dan (5) lemahnya integrasi dalam pembangunan industrialisasi pedesaan. Berikut beberapa petikan audiensi kami bersama anggota DPR Komisi IV ini :

1. Bagaimana Bapak melihat Fenomena Sarjana Pertanian Saat ini yang minim kontribusi dalam pertanian itu sendiri ? Melihat fenomena yang berkembang saat ini, regenerasi pertanian bisa dikatakan menemui jalan terjal, pasalnya rendahnya minat kaum muda untuk terjun dalam profesi pertanian. Hal ini diakui oleh pak Sjachrani, beliau berpendapat “Sarjana pertanian udah gamau jadi petani bahkan, sekarangpun petani sendiri gamau anaknya menjadi petani. Hal ini tentunya sangat ironi sekali, melihat negara kita agraris, ketika belumterbukanya pikiran kita bahwa pertanian itu suatu profesi yang memiliki nilai kepentingan hidup yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat luas”. Beliau pun memberikan penjelasan bahwa masyarakat Indonesia sebetulnya banyak sekali yang bisa didapatkan dengan bertani dan memiliki reputasi yang sangat tinggi, seperti halnya di Jepang. “Petani-petani yang ada disana itu rata-rata S2 lho. Mereka punya lahan besar dan manajemen yang baik bahkan mereka sendiri tidak sungkan untuk terjun langsung ke dalam sawah dan hebatnya lagi panen yang dihasilkan tidak hanya dirasakan oleh negaranya saja, tapi orang-orang negara luar pun dapat merasakannya. Seperti contoh, orang Amerika yang datang ke Jepang itu bawa oleh-olehnya ya beras Jepang dengan harga ±25.000/kg berasnya pulen dan enak dimakan, Nah bagaimana sarja pertanian kita kalau bisa seperti itu ?, pungkas Bupati 2 periode Kotabaru, Banjarmasin. Dari penjelasan beliau tersebut, dapat dijelaskan bahwa petani harus punya nilai domain dalam memberikan kontribusi, sehingga tak perlu malu untuk menjadi petani, bahkan dari petani bisa menjadi manajer yang mampu mengelola segala aspek yang tidak hanya di dunia pertanian, namun dalam kegiatan lain pun petani bisa, karena sudah ada ilmu basic yang dimilikinya. Anggota DPR Fraksi Gerindra ini menambahkan “Kalai petani nya sarjana dan master, Ga herankan kalau nanti petani bisa naik haji, beli rumah tingkat punya motor dan mobil ?, ubahlan mindset bahwa petani itu kumuh, jelek dan segala macemnya!”. Tingkatkan inovasi teknologi melalui pendidikan dan riset sangat penting dilakukan, Thailand bisa unggul dalam swasembada berasnya, karena mereka unggul dalam riset yang dilakukan, fasilitias terpenuhi dan SDM nya pun berkualitas”.
2. Bagaimana pandangan legislatif terhadap pengerahan Babinsa sebagai penyuluh ? “Saya rasa hal ini perlu didukung, walau memang secara keilmuwan memang bukan menjadi bagiannya. Namun patut disadari pula bahwa tupoksi dari TNI ialah menjaga keamanan Negara, cara mereka memelihara keamanan ialah dekat dengan rakyat melalui bertani dan hal tersebut bukan urusan yang mudah, sehingga memang Babinsa sendiri menjadi tanggungan yang cukup berat. Dan inilah momentumnya bagi sarjana pertanian, untuk menunjukkan eksistensinya”, jelasnya. Memang seharusnya Penjelasan detailnya, hal tersebut perlu dibuktikan ketika memang sarjana pertanian bukan untuk menjadi penyuluh, akan tetapi memberikan contoh terlebih dahulu terhadap tetapi ilmu yang selama bangku perkuliahan diperoleh bisa dapat di eksekusi langsung hasil pemikirannya dengan membuka lahan untuk bertani kemudian dikembangkannya dan bisa dilihat, mampukah bersaing dengan para petani yang mungkin masih menggunakan ilmu dan teknologi seadanya dan berimplikasi terhadap panen yang dihasilkan. Mahasiswa menilai secara pemikiran hal tersebut logis, namun sudah sejauh mana peran pemerintah dalam mendorong pendidikan pertanian di Indonesia ?. Hal ini bisa dibuktikan masih banyak pendidikan Tinggi di Indonesia yang ada fakultas pertaniannya, belum bisa memberikan kontribusi lebih dalam pertanian itu sendiri. Sehingga beralih profesi atau bahkan menganggur?. Dan mahasiswa pun memberi solusi bahwa seharusnya ada sinergi langsung untuk memberikan kemajuan pendidikan pertanian antar lembaga kementerian, yaitu Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan Tinggi dalam menciptakan kurikulum pendidikan pembangunan pertanian.
3. Bagaimana pandangan Bapak dalam menyikapi lemahnya kebijakan ekspor dan impor produk pertanian di era pemerintahan baru yang pro rakyat ? “Ya tentunya kita terus menyuarakan kepada pemerintah terkait hal tersebut.Kita sangat menyadari bahwa Indonesia masih dalam kategori negara berkembang dan masih belum siap menjaga diri”. Hal ini bisa kita lihat dari kasus yang belum lama terjadi bahwa masih banyak impor bahan pangan marak terjadi dan bahkan sekarang ditemui apel yang berbakteri hasil impor dari Amerika. Padahal kalau kita lihat sekarang untuk impor sudah memakai non-tarrif barrier atau tanpa pajak. Namun, sangat disayangkan ketika pihak karantina sebagai satu-satunya harapan pembatas masuknya pangan impor bisa kelolosan dalam mengawasi barang-barang yang memiliki kekurangan atau tidak sesuai kriteria. Ada beberapa pendapat juga bahwa pengawasan di karantina jangan terlalu ketatlah, nanti barang kita ketika di negara lain juga dipersulit.Beliau berpendapat pula “Jangaan takut kalau barang kita dijegal negara lain, toh kita juga punya standar dalam pengiriman ekspor. Buat kita ketika memang barang impor itu jelek atau memiliki moderat ya tolong ditindak jangan main asal terima aja, Masa kita makan racun ?. Dan ini pentingnya bagi petani kita juga untuk mendapatkan pembinaan agar memiliki pengetahuan yang luas dalam kualifikasi standar. Beliau juga memberikan penjelasan bahwa, dalam memberikan nilai tambah terhadap kualitas petani juga perlu didukung dengan dibentuknya Bank Tani. Bank Tani ini sebagai sektor mendukung permodalan bagi petani, Lembaga ini perlu diperkuat baik dari SDM, Kelembagaan dan pelayanannya dimana tujuan dibentuknya bank tani untuk satu tujuan, yaitu harus kepentingan petani dan sekarang bukan lagi petani yang datang ke bank tersebut, melainkan “Bank harus jemput bola ke petani. Karena memang butuh sosialisasi lebih dalam memberikan pelayanan ini dan jangan sampai petani menyimpan uang di bawah bantal ataupun kasur”, jelas beliau. Jadi buatlah pertanian itu menjadi tujuan hidup yang lebih terkelola dari segala aspek.
4. Bagaimana Realisasi subsidi pupuk yang belum tepat sasaran ? “Ya kita tidak bisa mengelak bahwa masih banyak permainan pupuk yang terjadi di negeri ini, mulai dari permainan kelas tinggi sampai manipulasi pupuk pun terjadi dan bahkan masih banyak petani yang mengeluhkan sulitnya mendapat faktor-faktor produksi seperti di daerah Sumatera dan Jawa yang notabennya adalah lumbung nasional. Adapun contoh kasus yang bisa di angkat yaitu seperti halnya petani yang belum punya kelompok tidak boleh membeli pupuk yang bersubsidi atau atau ada juga salah satu petani ketika ke toko pupuk yang tenyata menjual pupuk bersubsidi dengan atas nama gapoktan yang sudah tidak aktif dan bahkan dijual lebih mahal dari harga subsidi. Tentunya hal ini masih perlu banyak pengawasan. Dari diskusi yang kita lakukan pula bahwa seharusnya pemerintah tidak lagi memberikan subsidi terhadap input seperti pupuk, melainkan sudah saatnya kita memberikan subsidi terhadap hasil akhir dari panen yang dihasilkan petani. Karena kalau terus dipertahankan di pupuk tentunya akan semakin jadi permainan mata rantai pupuk yang terjadi saat ini. Pak Sjachrani pun menanggapi “Ya saya setuju, bahkan seharusnya peran Perum Bulog sebagai penyangga, lebih dimainkan dalam menetralisir harga produk hilir, sehinga terjadi mekanisme pertanian yang memberikan petani lebh memilki daya tawar menawar dan mempunyai nilai dan kembali lagi disinilah seharusnya bank tani ada dalam memberikan bantuan sebagai fasilitator pemberian subsidi yang terintegrasi”.
5. Apakah strategi yang ada dipikiran Bapak dalam menyikapi lemahnya integrasi dalam pembangunan industrialisasi pedesaan ? “Saya rasa ini perlu terus kita dorong untuk terus diwujudkan, dan salah satu langkah strateginya ialah pelaku bisnis. Siapa pelaku bisnis yang berperan dalam industrialisasi tersebut ?, karena melalui pelaku bisnis dia yang bisa melihat prospek kedepannya, lalu bagaimana komoditasnya dan integrasinya kemana saja ? saya rasa ini perlu terus dikemukakan menjadi isu yang terus dikemukakan. Dan perlunya lagi-lagi bank tani dalam mewujudkan strategi ini, karena dalam membangun industrialisasi sangat diperlukan sektor kelembagaan harus bersifat lebih aktif, jangan Bank yang menunnggu akan tetapi Bank lah yang menjemput bola ke petani. Pada sisi lain, Integrasi disini perlu lebih diberi kejelasan dan pengembangan bahwa banyak sekali satu produk pertanian yang bisa memberikan banyak fungsi. Jangan sampai kita sudah memiliki program diversifikasi tapi terlihat dalam satu sektor, sehingga hal ini sangat disayangkan. Industri sendiridapattumbuh dan berkembang jika peningkatan teknologi berstandar kualifiasi dapat diterapkan. Teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani melalui pembentukan industrialisasi petani. Dari hasil audiensi yang kita lakukan dapat disimpulkan bahwa, sebagai orang yang memiliki latar belakang pertanian, janganlah malu atau minder dalam menyampaikan aspirasi. Ubah mindset kita bahwa pertanian itu kaya dan sangat memiliki prospek yang cerah dalam mencapai tujuan hidup. Memang banyak permasalahan yang terjadi dalam dunia pertanian ini. Namun janganlah patah semangat, karena dari hasil buah tangan kitalah, kita bisa merasakan satu sisi kebahagiaan ketika orang lain bisa merasakannya. Terus berkarya dan memberikan inovasi dalam pertanian merupakan sebagai bentuk tanggungjawab kita sebagai penerus bangsa dalam menjaga terus jati bangsa ini sebagai negara agraris. Pemikiran boleh berbeda asalkan tujuan tetap sama, hal ini yang perlu kita pahami bersama dalam menyikapi isu-isu strategis pertanian yang ada di Indonesia. Strategi sendiri tak akan berhasil pula tanpa adanya analisis yang akurat baik dari hal kecil hingga yang luas. Oleh karena itulah perlunya diperkuat peran mahasiswa sebagai pihak akademisi, Anggota DPR sebagai legislatif dan Pemerintah selaku eksekutif yang menjadi satu kesatuan stakeholder dalam pembangunanpertanian di Indonesia.

Minggu, 01 Februari 2015



Salam Profesi! Bagi Mahasiswa/i Sosial Ekonomi Pertanian Se-Indonesia Yuk ikutan acara "Seminar Nasional & LKMM Nasional PADMAKSATRIA" POPMASEPI. Di Universitas Hasanuddin, Makassar. Seminar Nasional dgn tema “Paradigma Pembangunan Masyarakat Tani Indonesia” diadakan: Rabu, 11 Maret 2015.
LKMM Nasional (PADMAKSATRIA) dgn tema “Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan yang Memiliki Kredibilitas dan Intelektualitas Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian” diadakan tgl 9-14 Maret 2015

Syarat peserta LKMM Nasional (PADMAKSATRIA) : 

1. Peserta : 
- Pengurus DPP POMASEPI 
- Delegasi dari anggota DPW POPMASEPI se-Indonesia 

2. Peserta membayar kontribusi sebesar Rp275.000,-/orang (seminar dan field trip). 

3. Masing2 intitusi wajib membuat makalah dgn tema “Revolusi Pola Pikir Pembangunan Pertanian Indonesia” dan paper (min.1 lembar) dgn judul “POPMASEPI di Tangan Saya”. 

4. Peserta : mahasiswa yg tlah diberi mandat oleh institusi dgn membawa surat tugas dan mengisi formulir pendaftaran. 

5. Peserta : mahasiswa yg tlah mengikuti LKMM tingkat wilayah yg dinyatakan dgn sertifikat yg dkirim max. H-2 minggu pelaksanaan kegiatan ke panitia pelaksana. 

6. Bagi peserta yg blum mengikuti LKMM Wilayah,disyaratkan : 
a. Pernah mengikuti kegiatan POPMASEPI min. 1x yg dinyatakan dgn sertifikat.
b. Wajib mengetahui pengetahuan dasar kepopmasepian dan keorganisasian sesuai SOP LKMM Wilayah POPMASEPI. 
c. Lolos screening oleh himpunan dgn materi di poin (b) yg dinyatakan dgn surat ketrngn dari himpunan. 
d. Mengikuti screening oleh pengururs DPP POPMASEPI H-1 hari pelaksanaan kegiatan. 

7. Kepastian mengenai keikutsertaan max. tgl 25 Februari 2015. 

8. Kontribusi peserta dpt dkirim melalui Rekening Bank BNI No. Rek : 0326243933 a.n. Nurul Hasrulianty (slip transfer harap dibawa saat registrasi)

9. Peserta harus hadir di Fakultas Pertanian Univ. Hasanuddin tgl 8 Maret 2015.