Kejadian
ini mengingatkan kita akan empat tahun silam dimana kisah ini juga terputar.
Saat itu kedelai juga mengalami kelangkaan, dan pemerintahpun bertindak hamper
sama dari kondisi saat ini. Dimana pada saat ini demi mengantisipasi kelangkaan
pemerintah menerapkan bea masuk impor sebesar 0%, dan pada saat 2008 tidak
hanya menurunkan beban tariff bea masuk tetapi malah mensubsidi sebesar Rp.
1000 terhadap kedelai impor.
Bagai
sebuah tayangan yang terus diputar tayang, kelangkaan kedelai lalu pun diredam
pemerintah dengan sebuah janji manis akan mengembangkan kedelai dalam negeri
bahkan bisa berswasembada, sampai akhirnya janji itu kembali muncul saat kisah
ini terulang.
Tak
ayal lagi, banyak suara yang menyoroti maslah ini. Seperti halnya perhimpunan
sarjana pertanian Indonesia (PISPI) yang mengadakan konferensi pers demi
memberikan solusi dari problematika kelangkaan kedelai. Acara yang diisi
langsung oleh ketua umum PISPI Arif
Satria, SP, MSc, PhD, wakil ketua umum Salman Dianda Anwar, SP, deklarator
PISPI Yeka Hendra Fatika, SP dan Kamhar Lakumani SP yang yang
didaulat menjadi moderator acara
tersebut. Hadir beberapa wartawan dari berbagai media dan beberapa organisasi
kemahasiswaan pertanian diantaranya: Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia
(ISMPI), Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia
(POPMASEPI), Fakultas pertanian UNTIRTA, Himpunan mahasiswa sosial ekonomi
pertanian (HIMASEP) UNTIRTA dan Himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) Agribisnis UIN
Jakarta.
Dalam
konferensi pers tersebut, PISPI juga menyoroti hal-hal nonteknis seperti yang
dikemukakan oleh ketua umum. Dimana beliau menyayangkan tidak adanya rencana
pembangunan jangka panjang, yang ada hanyalah rencana pembangunan jangka
menengah yang hanya lima tahun, itupun sesuai masa jabatan. Juga tidak
harmonisnya rencana pembangunan pusat dan daerah. Lain halnya dengan wakil
ketua umum yang sedikit menyinggung pers, dimana pers seharusnya bisa lebih
protektif dalam mendukung buah local dan melawan impor buah.
Adapun
pernyataan PISPI secara terperinci dalam konferensi pers tanggal 08 Agustus di
ruang pers room, Nusantara III, Gedung DPR/MPR RI adalah sebagai berikut:
UMUM
· Isu
kelangkaan kedelai terjadi pada saat kinerja usahatani kedelai dunia dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan, baik dilihat dari pertumbuhan areal tanam,
produksi dan produktivitasnya. 80% kedelai dunia dihasilkan Negara Amerika,
Brazil, dan Argentina. Amerika sebagai sentra produksi terbesar dunia (35%).
Argentina, Brazil, Canada, India, Italy, dan Paraguay merupakan Negara dengan
share produksi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, sementara yang
lainnya mengalami penurunan termasuk Amerika.
· Selama
periode 2005-2009 harga kedelai di Negara sentra mengalami peningkatan. Harga
kedelai di Cina dan Indonesia relative lebih tinggi dibandingkan dengan Negara
lainnya. Argentina dan Paraguay merupakan Negara dengan harga kedelai relative
rendah.
· Kedelai
di Indonesia tersebar di Jawa Timur, Jateng, Jabar, Yogya, Sulsel, dan NTB.
Dari kurun waktu tahun 1990-2010 kinerja usahatani kedelai Indonesia mengalami
penurunan dari tahun ketahun, terutama penurunan areal tanam yang berimbas pada
penurunan produksi. Harga rata-rata kedelai Indonesia selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan harga kedelai dunia, mendekati dua kali lipatnya.
· Terjadi
peningkatan konsumsi kedelai perkapita per tahun dari 8,13 Kg/kap/tahun pada
1998 menjadi 9,97 Kg/kap/tahun di 2012, yang disebabkan oleh : 1) meningkatnya
jumlah dan jenis produk olahan kedelai; 2) meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang manfaat kedelai bagi kesehatan; 3) perubahan pola gaya hidup sebagai
respon dari meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kedelai.
PERMASALAHAN
· Harga
kedelai mengalami peningkatan hingga Rp. 8000/Kg. peningkatan hamper mendekati
60% dari kondisi normal.
· Produksi
kedelai Indonesia makin menurun yang disebabkan oleh penurunan luas areal tanam
dan stagnannya upaya peningkatan produktivitas.
· Produktivitas
rata-rata kedelai kita berkisar pada 0,5-1,3 ton/Ha, sementara potensinya masih
bisa ditingkatkan menjadi 2-2,5 ton/Ha.
· Luas
areal panen 2012 diperkirakan sekitar 566.000 Ha. Debandingkan dengan tahun
1992, 1,8 juta Ha, maka terjadi penurunan areal panen selama 10 tahun sekitar
1,2 juta Ha.
· Penurunan
luas areal panen Indonesia terjadi ditengah-tengah meningkatnya luas areal
panen kedelai dunia, terutama di Negara Argentina, Brazil, Kanada, India,
Italy, dan Paraguay.
· Penurunan
luas areal panen menyebabkan produksi kedelai Indonesia mengalami penurunan.
Factor penyebabnya adalah semakin meningkatnya kedelai impor dengan harga yang
lebih murah. Sehingga petani tidak mempunyai insentif untuk menanam kedelai,
dan akhirnya banyak petani yang beralih untuk menanam komoditi lain.
· Saat
ini produksi kedelai Indonesia diperkirakan sebanyak 857.000 ton (30% dari
kebutuhan). Sementara target swasembada kedelai sekitar 2,7 juta ton. Dengan
demikian diperlukan impor sekitar 1,85 juta ton/tahun.
· Tahun
1990, impor kedelai sebanyak 531.000
ton, dan di tahun 2009 impor kedelai mencapai 1,3 juta ton (FAO)
· Sebagai
Negara importer terbesar bagi Indonesia (60%), saat ini Amerika mengalami
kekeringan, yang berdampak terhadap supply impor berkurang. Implikasinya adalah
harga kedelai mengalami peningkatan hingga ke level Rp. 8200/Kg.
· Pemerintah
gagal melakukan antisipasi terhadap kekeringan di Amerika. Mengingat stok
kedelai tidak akan serta merta berkurang secara tiba-tiba. Terdapat dugaan kuat
adanya kartel, mengingat jumlah importer kedelai dikuasai oleh 4 perusahaan,
diantaranya PT. cargil Indonesia, PT. gerbang cahaya utama, PT. alam agri
perkasa, PT. cita bhakti mulia. Kartel sangat mungkin dilakukan karena tidak
adanya pengaturan tataniaga impor kedelai. Karena tidak diatur, mereka dapat
dengan semena-mena mengatur ketersediaan dan harga kedelai.
· Implikasi
dari kenaikan harga kedelai ini mengakibnatkan harga tempe serta produk
turunannya mengalami peningkatan.
· Dengan
demikian terdapat isu utama kedelai Indonesia saat ini adalah tentang harga dan
tentang ketergantungan terhadap impor.
UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN
· Perbaikan
pemberian insentif produksi. Selama harga dalam negeri lebih mahal dibandingkan
luar negeri, impor akan terus terjadi. Peningkatan atau penghapusan bea masuk
impor bukan alternative terbaik dalam mengendalikan impor kedelai. Agar harga
produsen petani kedelai kita memiliki daya kompetisi dengan harga kedelai luar
negeri, maka diperlukan adanya subsidi on farm. Subsidi on farm yang diusuklkan
adalah pemberian benih unggul kedelai dan pupuk secara gratis serta bantuan
biaya pengolahan lahan.
· Pemanfaatan
potensi lahan. Untuk tercapai target swasembada kedelai sebanyak 2,7 juta ton.
Diperlukan peningkatan produksi sekitar 1,85juta ton. Dengan produktivitas
rata-rata 1,2 ton/ ha (versi BPS), berarti Indonesia memerlukan peningkatan luas
areal tanam sebanyak 1,54 juta Ha. Target swasembada tahun 2014 jelas akan
sulit tercapai, mengingat penambahan 1,54 juta Ha bukan perkara mudah. Upaya
peningkatan luas areal tanam sebanyak 1,54 juta Ha tergantung pada kemauan dan
sikap politik pemerintah. Karena ini menyangkut anggaran. Tanpa adanya kemauan
yang kuat dari pemerintah, ketergantungan impor sulit ditiadakan. Peningkatan
areal tanam dilakukan dengan cara : 1) tumpang sari, 2) peningkatan intensitas
tanam, biasanya petani memberakan lahan 1-3 bulan, waktu bera ini dapat
digunakan untuk menanam kedelai, 3) penumbuhan areal tanam baru dengan
memanfaatkan lahan-lahan eks tambang dan lahan terlantar.
· Peningkatan
produktivitas. Produktivitas kedelai masih berpotensi ditingkatkan.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui (1) penggunaan benih unggul dan (2)
perbaikan teknik budidaya. Peningkatan penggunaan benih unggul dapat dilakukan
dengan cara menumbuhkan penangkar-penangkar benih kedelai berbasis komunitas (community
based seed production) di pedesaan, sebab pengusaha benih/ swasta besar
tidak akan tertarik pada produksi benih kedelai yang memberikan keuntungan
kecil. Perbaikan teknik budidaya dilakukan dengan peningkatan kegiatan
penyuluhan.
· Pengembangan
komoditi substitusi kedelai. Kedelai banyak digunakan terutama untuk industry
tempe, tahu, kecap, dan susu kedelai. Kebutuhan kedelai dapat ditekan dengan
pengembangan komoditi substitusi kedelai. Komoditi yang memiliki prospek yang
cukup baik dalam mensubstitusi kedelai saat ini adalah kacang roro.
KESIMPULAN
· Produksi
kedelai di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada tahun 1992 (1,87 juta ton).
Selama 20 tahun, produksi kedelai mengalami penurunan hingga produksi tahun
2012 mencapai 857.000 ton (berkurang 53,5 persen)
· Terdapat
dua isu utama perkedelaian saat ini, yaitu pengendalian harga dan upaya
melepaskan ketergantungan terhadap impor kedelai yang mencapai 1,8 juta ton.
· Pengendalian
harga oleh pemerintah tidak akan efektif mengingat cukup besarnya disparitas
harga kedelai dalam negeri dan harga kedelai luar negeri.
· Upaya
untuk mencapai swasembada kedelai agar Indonesia tidak melakukan impor,
dilakukan dengan cara (1) pemberian insentif produksi kepada petani, (2)
pemanfaatan potensi lahan dan (3) peningkatan produktifitas.
· Pemberian
insentif produksi kedelai kepada petani dilakukan dengan cara (1) pemberian
benih unggul kedelai dan pupuk gratis, dan (2) bantuan biaya pengolahan lahan.
· Upaya
pemanfaatan potensi lahan dilakukan dengan cara: (1) tumpang sari; (2)
peningkatan intensitas tanam, biasanya petani memberakan lahan 1-3 bulan, waktu
bera ini dapat dilakukan dengan menanam kedelai.; (3) penumbuhhan areal tanam
baru dengan memanfaatkan lahan-lahan eks tambang dan lahan terlantar.
· Peningkatan
produktivitas dapat dilakukan dengan cara ; (1) penggunaan benih unggul melalui
pengembangan (community based seed production) di pedesaan dan;
(2) perbaikan teknik budidaya dengan kegiatan penyuluhan.
· Diperlukan
pengembangan komoditi substitusi kedelai, salah satunya adalah pengembangan
kacang koro.
· Penghapusan
bea masuk saat ini tidak efektif dalam mengendalikan harga kedelai, dan hanya
akan menguntungkan importer saja.
· Perlunya
pengawasan tataniaga impor, terutama tentang stok kedelai yang terdapat dipara
importer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar