Minggu, 03 Mei 2015

FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA BERAUDIENSI DENGAN KOMISI IV DPR RI
Oleh : Staff Ahli Komunikasi Eksternal POPMASEPI – Idzhar Jaya Nugraha


Jakarta (20/04/2015). Komisi IV DPR RI menerima audiensi dari Forum Komunikasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (FKMPI) di Ruang Rapat Komisi IV, Gedung DPR RI. Pada kesempatan ini FKMPI dikoordinatori oleh Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) atas nama Ananda Bahri Pryaudha, sedangkan komisi IV DPR langsung dipimpin Bapak Edhy Prabowo selaku ketua komisi dan hadir pula Titiek Soeharto sebagai Wakil Ketua Komisi. Perlu diketahui FKMPI sendiri merupakan forum silaturrahim organ-organ mahasiswa pertanian Indonesia yang terdiri dari berbagai keilmuwan dan keprofesian di bidang pertanian. Organ-organ yang hadir dalam audiensi kali ini, yaitu : POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosek/Agribisnis Pertanian Indonesia), FKK HIMAGRI (Forum Komunikasi dan Kerjasama Himpunan Mahasiswa Agronomi Indonesia), HMPTI (Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman Indonesia), FORMATANI (Forum Mahasiswa Agroteknologi/Agroekoteknologi Indonesia), ISMPI (Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia), FOKUS HIMITI (Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Tanah Indonesia) dan HIMABIOTRI (Himpunan Mahasiswa Bio Industri). Sedangkan Komisi IV DPR dihadiri kurang lebih 10 anggota.
 Audiensi yang dilakukan bukan tanpa persiapan, pada tanggal 17-19 April 2015. Koordinator FKMPI demisioner yaitu POPMASEPI telah menyelenggarakan sebuah diskusi dan kajian berupa Sosialisasi Buku SIPP 2013-2045 mengenai “Pertanian Bio-Industri Pertanian Berkelanjutan” disambung dengan diskusi bertemakan“Inovasi Pertanian Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Diskusi kali ini dihadiri oleh berbagai pihak, yaitu Kementerian Pertanian RI, Bapak Ir. Sonson Garsoni (pelaku usaha bio-industri pertanian), Prof.Dr. Dwi Andreas Santosa (Guru Besar IPB), Dr. Ir. Rahmat Pambudy,MS (Wakil Ketua Umum HKTI) dan Ir. H. Winarno Tohir (Ketua Umum KTNA). Mengenai diskusi yang dilakukan tentunya merupakan sebuah bagian dalam persiapan pertanian Indonesia dalam memanfaatkan peluang usaha sektor bio industri dalam persaingan pertanian yang semakin ketat. Kita dituntut memiliki inovasi yang solutif daalam menjawab tantangan-tantangan yang ada dalam pertanian di Indonesia.
Tidak hanya sosialisasi Buku dan diskusi, FKMPI juga mengadakan kembali sebuah forum yang membahas masa depan FKMPI dalam mengawal kebijakan-kebijakan pertanian di Indonesia. Baik dari segi perbedaan idealisme antar ioms-ioms pertanian sampai yang berhubungan dalam penyamaan persepsi untuk membawa FKMPI yang lebih solid dan kuat. Pada kesempatan ini pula terpilih Koordinator baru FKMPI, yaitu Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) selama 10 bulan kedepan sesuai dengan masa jabatan ioms tersebut. Melalui forum ini pula dihasilkan sebuah draft  yang menjadi bahan audiensi kepada komisi IV DPR RI, yang dikenal dengan “Cita Tani Jakarta”. Adapun poin-poin kesepakatan yang dihasilkan sebagai berikut, yaitu :
1.            Wujudkan Kedaulatan Petani.
2.            Tegakkan Reforma Agraria
3.            Optimalisasi Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Pembangunan Pertanian Indonesia.
4.            Perkuat Kelembagaan Pertanian.
5.            Keberpihakan Terhadap Hasil Tani Lokal.
6.            Transparansi Anggaran untuk Pertanian Kepada Masyarakat Luas Gambaran Umum.
Indonesia sebagai Negara agraris yang tanahnya subur nan gemah ripah loh jinawi. Persoalan pangan adalah persoalan hidup matinya sebuah Negara, sangat menentukan nasib dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat Indonesia yang memproduksi pangan justru menjadi bagian Negara yang mengalami kemiskinan dan kekurangan. Petani, tokoh penting dalam peradaban yang kerap kali dimarjinalkan dan dikriminalisasi.
Peran penting petani ini tidak selaras dengan apa yang didapatkan dalam kehidupan petani. Kesejahteraan rasanya masih sangat jauh untuk didapatkan, kriminalisasi dan kebijakan yang menginjak hak petanilah yang terus menerus terjadi. Pelayanan public pun sulit untuk didapatkan, terlebih pemenuhan hak-hak petani yang mendasarnya wajib dipenuhi oleh Negara. Seperti yang disebutkan dalam UU No.19 tahun 2013 mengenai Perlindungan dan Pemberdayaan petani, pasal 13 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas perlindungan petani.
Seluruh petani setidaknya patut  berbahagia ketika disahkannya UU no 19 tahun 2013 tentang perlindungan terhadap petani. Pasalnya, ada beberapa hal yang bisa melegakan rongga paru-paru para petani dalam poin undang-undang tersebut. diantaranya point perlindungan petani yang bertujuan untuk membantu Petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan perubahan iklim.
Reforma Agraria atau secara legal formal disebut juga dengan Pembaruan Agraria adalah proses restrukturisasi (penataan ulang susunan) kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agrarian (khususnya tanah). Dalam pasal 2 TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 dijelaskan bahwa "Pembaruan agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia".
Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya bangsa Indonesia. Melalui sejarah sumpah pemuda pada tahun 1928, sangat menegaskan bahwa cita-cita akan ada “tanah air Indonesia,”bangsa Indonesia:, dan “bahasa Indonesia”. Semangat ikrar membara tentu menegaskan bahwa peran pemuda memiliki bargain dalam menegakkan negeri ini. Pemuda memiliki kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibandingkan dengan anak kecil atau jompo. Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa seperti dinamit atau TNT yang bila diledakan, sangat luar biasa reaksinya.
Di Jawa Barat, petani yang berusia 30-44 tahun hanya sekitar 18,33 persen. Sementara petani usia 44-60 mendominasi, yaitu sebesar 53,33 persen, dan 21,67 persen petani di Jawa Barat berusia di atas 60 tahun. Sementara itu, di daerah sentra pertanian misalnya Cianjur, petani berusia 30-44 tahun hanya sekitar 7,8 persen. Sedangkan sisanya 48 persen adalah petani berusia 44-60 tahun, dan 42,2 persen petani di Cianjur berusia di atas 60 tahun. (PISPI, 2011).
Studi kasus selanjutnya ialah di Kabupaten Magetan, Jawa timur. Penduduk produktif di desa Poncol 50% adalah petani, 25 % sebagai pegawai dan wiraswasta 15%, penduduk lainnya merantau ke luar kota dan mencari pekerjaan di kota, sisanya 10% sebagai TKI dan TKW. Dari 50 % penduduk petani tersebut rata-rata usiasnya 40 tahun ke atas, 25 % yang sudah bekerja sebagai pegawai dan wiraswasta usia mereka antara 30-45 tahun. Sedangkan 15 % yang merantau ke luar kota untuk mencari pekerjaan berusia 25-35 tahun Sisanya 10% menjadi TKI dan TKW adalah usia 17-28 tahun (Prabowo, 2014). Tentunya yang sangat diprihatinkan ialah 10% penduduk desa Poncol tersebut yang masih berusia 17-28 tahun menjadi TKI dan TKW, yang seharusnya pada usia yang seharusnya harus terus belajar dan mampu berkarya di lingkungannya.
Lemahnya kelembagaan dan posisi tawar petani yang berakibat pada panjangnya tataniaga dan belum adilnya sistem pemasaran. Kelembagaan petani, baik rendahnya kualitas SDM petani dan nelayan, tidak ada atau tidak berfungsinya lembaga petani dan lembaga pendukung pertanian di perdesaan telah melemahkan posisi tawar petani dan mempersulit dukungan pemerintah yang diberikan kepada petani. Lembaga petani yang dapat menjadi alat untuk meningkatkan skala usaha untuk memperkuat posisi tawar petani sudah banyak yang tidak berfungsi. Lembaga pendukung untuk petani terutama lembaga penyuluhan pertanian sudah kurang berfungsi sehingga menurunkan efektivitas pembinaan, dukungan dan diseminasi teknologi dalam rangka meningkatkan penerapan teknologi dan efisiensi usaha petani. Selain itu, dengan berkembangnya otonomi daerah, semakin banyak peraturan daerah yang menghambat arus pemasaran komoditas, baik input produksi maupun output/hasil produksi. Kondisi ini kemudian membuat sistem pemasaran akan merugikan bagi petani produsen, karena berada pada posisi yang paling lemah.
Dengan demikian, informasi memiliki fungsi yang sangat luas yang dapat mencakup berbagai aspek. Baik ekonomi, sosial, bahkan politik. Ketiadaan informasi akan membuat sesorang lemah dalam pengambilan keputusan.Dalam perspektif ilmu sosial-politik, istilah transparansi memiliki hubungan erat dengan informasi. Selain itu, transparansi juga berkaitan dengan keterbukaan (openeness), dan akses (access). Keterbukaan atas suatu informasi dan kemudahan akses untuk memperoleh suatu informasi.
Berbicara mengenai transparansi anggaran bukan merupakan hal yang tabu. Apalagi setelah diputuskannya UU No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi public. Dalam UU tersebut, sangat jelas disebutkan bahwa setiap organisasi, badan atau Lembaga Publik yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN atau APBD harus menggunakan sistem informasi yang terbuka. Terbuka dalam artian bahwa setiap orang mudah dan berhak untuk mengaksesnya.
Dengan dibuatnya Cita Tani Jakarta, kami, FKMPI (Forum Komunikasi Mahasiswa Pertanian Indonesia) mengajukan agar petani dapat berdaulat, peran pemuda dan masyarakat dapat dioptimalisasikan, perkuat lembaga pertanian, pemerintah lebih berpihak terhadap pemberdayaan teknologi untuk pengingkatan kualitas produk lokal, serta transparansi anggaran masyarakat pertanian dapat sampai ke masyarakat luas.

Jumat, 13 Februari 2015

PERTANIAN MENJADI SOLUSI KEHIDUPAN DAN TUJUAN HIDUP 

Idzhar Jaya N. - Staff Komunikasi Eksternal


Drs. H. Sjachrani Mataja, MM, MBA (Komisi IV DPR-RI) memberikan pandangan terkait isu-isu  terhadap Pertanian saat ini 


(Jakarta,04/02/2015) Forum Komunikasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (FKMPI) melakukan dialog empat mata bersama salah satu anggota Komisi IV DPR RI, yaitu Drs. H. Sjachrani Mataja, MM, MBA bertempat di Ruang Rapat DPR RI Lt.21. Pada kesempatan ini pihak mahasiswa diwakili oleh Ahmad Jazilil Mustopa (Koordinator FKMPI) dan Idzhar Jaya Nugraha (Staff Ahli FKMPI). Kegiatan ini berangkat dari rasa peduli mahasiswa dalam memberikan aspirasi langsung oleh mahasiswa terhadap lembaga Legislatif mengenai isu-isu strategis pertanian di Indonesia saat ini. Berdasarkan hasil diskusi dari audiensi yang FKMPI lakukan, ada beberapa masalah pokok yang menjadi hal utama untuk perlu dikedepankan dalam pertanian saat ini, yaitu : (1) Masih banyaknya sarjana pertanian yang menganggur di Indonesia, (2) pengerahan tenaga babinsa sebagai penyuluh, (3) lemahnya kebijakan ekspor dan impor produk pertanian di era pemerintahan baru yang pro rakyat, (4) realisasi subsidi pupuk yang belum tepat sasaran dan (5) lemahnya integrasi dalam pembangunan industrialisasi pedesaan. Berikut beberapa petikan audiensi kami bersama anggota DPR Komisi IV ini :

1. Bagaimana Bapak melihat Fenomena Sarjana Pertanian Saat ini yang minim kontribusi dalam pertanian itu sendiri ? Melihat fenomena yang berkembang saat ini, regenerasi pertanian bisa dikatakan menemui jalan terjal, pasalnya rendahnya minat kaum muda untuk terjun dalam profesi pertanian. Hal ini diakui oleh pak Sjachrani, beliau berpendapat “Sarjana pertanian udah gamau jadi petani bahkan, sekarangpun petani sendiri gamau anaknya menjadi petani. Hal ini tentunya sangat ironi sekali, melihat negara kita agraris, ketika belumterbukanya pikiran kita bahwa pertanian itu suatu profesi yang memiliki nilai kepentingan hidup yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat luas”. Beliau pun memberikan penjelasan bahwa masyarakat Indonesia sebetulnya banyak sekali yang bisa didapatkan dengan bertani dan memiliki reputasi yang sangat tinggi, seperti halnya di Jepang. “Petani-petani yang ada disana itu rata-rata S2 lho. Mereka punya lahan besar dan manajemen yang baik bahkan mereka sendiri tidak sungkan untuk terjun langsung ke dalam sawah dan hebatnya lagi panen yang dihasilkan tidak hanya dirasakan oleh negaranya saja, tapi orang-orang negara luar pun dapat merasakannya. Seperti contoh, orang Amerika yang datang ke Jepang itu bawa oleh-olehnya ya beras Jepang dengan harga ±25.000/kg berasnya pulen dan enak dimakan, Nah bagaimana sarja pertanian kita kalau bisa seperti itu ?, pungkas Bupati 2 periode Kotabaru, Banjarmasin. Dari penjelasan beliau tersebut, dapat dijelaskan bahwa petani harus punya nilai domain dalam memberikan kontribusi, sehingga tak perlu malu untuk menjadi petani, bahkan dari petani bisa menjadi manajer yang mampu mengelola segala aspek yang tidak hanya di dunia pertanian, namun dalam kegiatan lain pun petani bisa, karena sudah ada ilmu basic yang dimilikinya. Anggota DPR Fraksi Gerindra ini menambahkan “Kalai petani nya sarjana dan master, Ga herankan kalau nanti petani bisa naik haji, beli rumah tingkat punya motor dan mobil ?, ubahlan mindset bahwa petani itu kumuh, jelek dan segala macemnya!”. Tingkatkan inovasi teknologi melalui pendidikan dan riset sangat penting dilakukan, Thailand bisa unggul dalam swasembada berasnya, karena mereka unggul dalam riset yang dilakukan, fasilitias terpenuhi dan SDM nya pun berkualitas”.
2. Bagaimana pandangan legislatif terhadap pengerahan Babinsa sebagai penyuluh ? “Saya rasa hal ini perlu didukung, walau memang secara keilmuwan memang bukan menjadi bagiannya. Namun patut disadari pula bahwa tupoksi dari TNI ialah menjaga keamanan Negara, cara mereka memelihara keamanan ialah dekat dengan rakyat melalui bertani dan hal tersebut bukan urusan yang mudah, sehingga memang Babinsa sendiri menjadi tanggungan yang cukup berat. Dan inilah momentumnya bagi sarjana pertanian, untuk menunjukkan eksistensinya”, jelasnya. Memang seharusnya Penjelasan detailnya, hal tersebut perlu dibuktikan ketika memang sarjana pertanian bukan untuk menjadi penyuluh, akan tetapi memberikan contoh terlebih dahulu terhadap tetapi ilmu yang selama bangku perkuliahan diperoleh bisa dapat di eksekusi langsung hasil pemikirannya dengan membuka lahan untuk bertani kemudian dikembangkannya dan bisa dilihat, mampukah bersaing dengan para petani yang mungkin masih menggunakan ilmu dan teknologi seadanya dan berimplikasi terhadap panen yang dihasilkan. Mahasiswa menilai secara pemikiran hal tersebut logis, namun sudah sejauh mana peran pemerintah dalam mendorong pendidikan pertanian di Indonesia ?. Hal ini bisa dibuktikan masih banyak pendidikan Tinggi di Indonesia yang ada fakultas pertaniannya, belum bisa memberikan kontribusi lebih dalam pertanian itu sendiri. Sehingga beralih profesi atau bahkan menganggur?. Dan mahasiswa pun memberi solusi bahwa seharusnya ada sinergi langsung untuk memberikan kemajuan pendidikan pertanian antar lembaga kementerian, yaitu Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan Tinggi dalam menciptakan kurikulum pendidikan pembangunan pertanian.
3. Bagaimana pandangan Bapak dalam menyikapi lemahnya kebijakan ekspor dan impor produk pertanian di era pemerintahan baru yang pro rakyat ? “Ya tentunya kita terus menyuarakan kepada pemerintah terkait hal tersebut.Kita sangat menyadari bahwa Indonesia masih dalam kategori negara berkembang dan masih belum siap menjaga diri”. Hal ini bisa kita lihat dari kasus yang belum lama terjadi bahwa masih banyak impor bahan pangan marak terjadi dan bahkan sekarang ditemui apel yang berbakteri hasil impor dari Amerika. Padahal kalau kita lihat sekarang untuk impor sudah memakai non-tarrif barrier atau tanpa pajak. Namun, sangat disayangkan ketika pihak karantina sebagai satu-satunya harapan pembatas masuknya pangan impor bisa kelolosan dalam mengawasi barang-barang yang memiliki kekurangan atau tidak sesuai kriteria. Ada beberapa pendapat juga bahwa pengawasan di karantina jangan terlalu ketatlah, nanti barang kita ketika di negara lain juga dipersulit.Beliau berpendapat pula “Jangaan takut kalau barang kita dijegal negara lain, toh kita juga punya standar dalam pengiriman ekspor. Buat kita ketika memang barang impor itu jelek atau memiliki moderat ya tolong ditindak jangan main asal terima aja, Masa kita makan racun ?. Dan ini pentingnya bagi petani kita juga untuk mendapatkan pembinaan agar memiliki pengetahuan yang luas dalam kualifikasi standar. Beliau juga memberikan penjelasan bahwa, dalam memberikan nilai tambah terhadap kualitas petani juga perlu didukung dengan dibentuknya Bank Tani. Bank Tani ini sebagai sektor mendukung permodalan bagi petani, Lembaga ini perlu diperkuat baik dari SDM, Kelembagaan dan pelayanannya dimana tujuan dibentuknya bank tani untuk satu tujuan, yaitu harus kepentingan petani dan sekarang bukan lagi petani yang datang ke bank tersebut, melainkan “Bank harus jemput bola ke petani. Karena memang butuh sosialisasi lebih dalam memberikan pelayanan ini dan jangan sampai petani menyimpan uang di bawah bantal ataupun kasur”, jelas beliau. Jadi buatlah pertanian itu menjadi tujuan hidup yang lebih terkelola dari segala aspek.
4. Bagaimana Realisasi subsidi pupuk yang belum tepat sasaran ? “Ya kita tidak bisa mengelak bahwa masih banyak permainan pupuk yang terjadi di negeri ini, mulai dari permainan kelas tinggi sampai manipulasi pupuk pun terjadi dan bahkan masih banyak petani yang mengeluhkan sulitnya mendapat faktor-faktor produksi seperti di daerah Sumatera dan Jawa yang notabennya adalah lumbung nasional. Adapun contoh kasus yang bisa di angkat yaitu seperti halnya petani yang belum punya kelompok tidak boleh membeli pupuk yang bersubsidi atau atau ada juga salah satu petani ketika ke toko pupuk yang tenyata menjual pupuk bersubsidi dengan atas nama gapoktan yang sudah tidak aktif dan bahkan dijual lebih mahal dari harga subsidi. Tentunya hal ini masih perlu banyak pengawasan. Dari diskusi yang kita lakukan pula bahwa seharusnya pemerintah tidak lagi memberikan subsidi terhadap input seperti pupuk, melainkan sudah saatnya kita memberikan subsidi terhadap hasil akhir dari panen yang dihasilkan petani. Karena kalau terus dipertahankan di pupuk tentunya akan semakin jadi permainan mata rantai pupuk yang terjadi saat ini. Pak Sjachrani pun menanggapi “Ya saya setuju, bahkan seharusnya peran Perum Bulog sebagai penyangga, lebih dimainkan dalam menetralisir harga produk hilir, sehinga terjadi mekanisme pertanian yang memberikan petani lebh memilki daya tawar menawar dan mempunyai nilai dan kembali lagi disinilah seharusnya bank tani ada dalam memberikan bantuan sebagai fasilitator pemberian subsidi yang terintegrasi”.
5. Apakah strategi yang ada dipikiran Bapak dalam menyikapi lemahnya integrasi dalam pembangunan industrialisasi pedesaan ? “Saya rasa ini perlu terus kita dorong untuk terus diwujudkan, dan salah satu langkah strateginya ialah pelaku bisnis. Siapa pelaku bisnis yang berperan dalam industrialisasi tersebut ?, karena melalui pelaku bisnis dia yang bisa melihat prospek kedepannya, lalu bagaimana komoditasnya dan integrasinya kemana saja ? saya rasa ini perlu terus dikemukakan menjadi isu yang terus dikemukakan. Dan perlunya lagi-lagi bank tani dalam mewujudkan strategi ini, karena dalam membangun industrialisasi sangat diperlukan sektor kelembagaan harus bersifat lebih aktif, jangan Bank yang menunnggu akan tetapi Bank lah yang menjemput bola ke petani. Pada sisi lain, Integrasi disini perlu lebih diberi kejelasan dan pengembangan bahwa banyak sekali satu produk pertanian yang bisa memberikan banyak fungsi. Jangan sampai kita sudah memiliki program diversifikasi tapi terlihat dalam satu sektor, sehingga hal ini sangat disayangkan. Industri sendiridapattumbuh dan berkembang jika peningkatan teknologi berstandar kualifiasi dapat diterapkan. Teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani melalui pembentukan industrialisasi petani. Dari hasil audiensi yang kita lakukan dapat disimpulkan bahwa, sebagai orang yang memiliki latar belakang pertanian, janganlah malu atau minder dalam menyampaikan aspirasi. Ubah mindset kita bahwa pertanian itu kaya dan sangat memiliki prospek yang cerah dalam mencapai tujuan hidup. Memang banyak permasalahan yang terjadi dalam dunia pertanian ini. Namun janganlah patah semangat, karena dari hasil buah tangan kitalah, kita bisa merasakan satu sisi kebahagiaan ketika orang lain bisa merasakannya. Terus berkarya dan memberikan inovasi dalam pertanian merupakan sebagai bentuk tanggungjawab kita sebagai penerus bangsa dalam menjaga terus jati bangsa ini sebagai negara agraris. Pemikiran boleh berbeda asalkan tujuan tetap sama, hal ini yang perlu kita pahami bersama dalam menyikapi isu-isu strategis pertanian yang ada di Indonesia. Strategi sendiri tak akan berhasil pula tanpa adanya analisis yang akurat baik dari hal kecil hingga yang luas. Oleh karena itulah perlunya diperkuat peran mahasiswa sebagai pihak akademisi, Anggota DPR sebagai legislatif dan Pemerintah selaku eksekutif yang menjadi satu kesatuan stakeholder dalam pembangunanpertanian di Indonesia.

Minggu, 01 Februari 2015



Salam Profesi! Bagi Mahasiswa/i Sosial Ekonomi Pertanian Se-Indonesia Yuk ikutan acara "Seminar Nasional & LKMM Nasional PADMAKSATRIA" POPMASEPI. Di Universitas Hasanuddin, Makassar. Seminar Nasional dgn tema “Paradigma Pembangunan Masyarakat Tani Indonesia” diadakan: Rabu, 11 Maret 2015.
LKMM Nasional (PADMAKSATRIA) dgn tema “Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan yang Memiliki Kredibilitas dan Intelektualitas Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian” diadakan tgl 9-14 Maret 2015

Syarat peserta LKMM Nasional (PADMAKSATRIA) : 

1. Peserta : 
- Pengurus DPP POMASEPI 
- Delegasi dari anggota DPW POPMASEPI se-Indonesia 

2. Peserta membayar kontribusi sebesar Rp275.000,-/orang (seminar dan field trip). 

3. Masing2 intitusi wajib membuat makalah dgn tema “Revolusi Pola Pikir Pembangunan Pertanian Indonesia” dan paper (min.1 lembar) dgn judul “POPMASEPI di Tangan Saya”. 

4. Peserta : mahasiswa yg tlah diberi mandat oleh institusi dgn membawa surat tugas dan mengisi formulir pendaftaran. 

5. Peserta : mahasiswa yg tlah mengikuti LKMM tingkat wilayah yg dinyatakan dgn sertifikat yg dkirim max. H-2 minggu pelaksanaan kegiatan ke panitia pelaksana. 

6. Bagi peserta yg blum mengikuti LKMM Wilayah,disyaratkan : 
a. Pernah mengikuti kegiatan POPMASEPI min. 1x yg dinyatakan dgn sertifikat.
b. Wajib mengetahui pengetahuan dasar kepopmasepian dan keorganisasian sesuai SOP LKMM Wilayah POPMASEPI. 
c. Lolos screening oleh himpunan dgn materi di poin (b) yg dinyatakan dgn surat ketrngn dari himpunan. 
d. Mengikuti screening oleh pengururs DPP POPMASEPI H-1 hari pelaksanaan kegiatan. 

7. Kepastian mengenai keikutsertaan max. tgl 25 Februari 2015. 

8. Kontribusi peserta dpt dkirim melalui Rekening Bank BNI No. Rek : 0326243933 a.n. Nurul Hasrulianty (slip transfer harap dibawa saat registrasi)

9. Peserta harus hadir di Fakultas Pertanian Univ. Hasanuddin tgl 8 Maret 2015.

Jumat, 16 Januari 2015

SEMINAR NASIONAL KEWIRAUSAHAAN DAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PERHIMPUNAN ORGANISASI PROFESI MAHASISWA SOSIAL EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (POPMASEPI)

 

Oleh : Idzhar Jaya Nugraha (Staff Komunikasi Eksternal dan Pers DPP POPMASEPI)
Bangkalan, 18 Desember 2014. Fakultas Pertanian, Himpunan Mahasiswa Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura Mengadakan sebuah acara Seminar Nasional Kewirausahaan yang bertemakan "Meningkatkan Potensi Usaha Berbasis Pertanian dan Pangan Lokal dalam Menghadapi Persaingan Pasar Asean Economic Community (AEC)". Acara dibuka tepat pukul 09.45. Di awali dengan sambutan ketua pelaksana (Annisah), Ketua HIMAGRI UTM (Zega), Ketua DPP POPMASEPI (Ahmad Jazilil Mustopa), serta Wakil Dekan III Faperta dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang diwakili Badan koordinasi Wilayah 4, Pamekasan.

“Acara ini merupakan sebuah rentetan kegiatan DPP POPMASEPI periode 2013-2015 selama satu tahun, dengan fokus diskusi mengenai persiapan pertanian dan pangan lokal di Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” Jelas Ketua umum DPP POPMASEPI, Ahmad Jazilil Mustopa. Kita sadar masih kurangnya daya saing komoditas pertanian lokal untuk berkompetisi dalam skala nasional, hal ini ditunjukkan masih banyak prduk-produk impor yang berkeliaran di negeri agraris ini. Membuat posisi petani semakin lemah dalam memiliki daya tawarnya. Seperti halnya, ketika harga cabai naik para konsumen pun menjerit, belum lagi produk-produk lain yang berbahan dasar gandum yang notabennya impor dan sangat pula digemari masyarakat Indonesia.
Keynote Speech dipaparkan oleh BKW 4 Jatim, beliau memaparkan masih luasnya potensi komoditas pertanian lokal Jawa Timur, namun masih lemahnya integrasi hulu dan hilir yang ada di Jawa Timur serta masih banyak terputusnya proses on farm dan off farm. Pembangunan pertanian sendiri harus mampu memetakan produk-produk unggulan daerah agar dapat dikembangkan secara fokus dan tersistematis. Entrepreneurship atau wirausaha juga merupakan suatu cita-cita yg harus diwujudkan khususnya bagi mahasiswa Agribisnis yang turut ikut andil dalam pengembangan, dengan harapan akan tercipta entrepreneur-entrepreneur muda dengan pengembangan produk berbasis pertanian pangan lokal.
Ratna Ningsih (Dinas Koperasi UMKM Jawa Timur) yang ikut hadir dalam acara kali ini, memaparkan pula bahwa peluang dalam bidang UMKM masih terbuka luas, dengan catatan para pengusaha harus bisa melihat peluang dan memiliki pola pikir yang baik. " Jawa Timur saat ini telah mengadakan suatu program Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang telah menggerakkan 1200 mahasiswa Jawa Timur baik Negeri maupun Swasta, dengan maksimal pemberian hibah dana sebesar 25 juta rupiah. Usaha Mikro sampai saat ini telah berkembang sebesar 90%, dimana sumbangsih terbesar yaitu dari sektor Pertanian  dengan jumlah 4.000 UKM dgn serapan 6.286.111 tenaga kerja. Dengan pertumbuhan presentase nasional sebesar 6.5 % oleh Jawa Timur" Jelas Ibu Ratna.
Pelaku bisnis pada kesempatan kali ini juga dihadirkan, beliau adalah Muhammad Azizi yaitu peraih penghargaan Runer Up Shell live WIRE. Melalui usaha pengolahan Bandeng, usaha yang dijalankannya merupakan salah satu penggerak perekonomian di wilayah Gresik. Visi yang dimiliki bapak peraih runner-up diplomat Success Challenge (Wismilak) ini ialah “manfaatkan peluang sedikit apapun, karena peluang tak datang dua kali”. Beliau juga memaparkan mengenai pembuatan proposal bisnis yang baik. Ada 6 kunci yang dipaparkan oleh pengusaha bandeng ini dalam membuat proposal, yaitu : Mulai dari ide dasar usaha, karakter bisnis, pemasaran , rencana pengembangan (jangka pendek dan jangka panjang), proyeksi keuangan dan legalitas usaha (PIRT,sertifikat Halal,dll). "Belajarlah mencoba ! " Papar Azizi
Tidak hanya dari kalangan pemerintah dan pelaku, pada kesempatan ini kita hadirkan pula budayawan asli Madura, beliau adalah M. Faizi. M. Faizi aktif dalam menulis sejumlah buku, seni sastra dan Budaya. Beliau juga aktif dalam forum Internasional, diantaranya pernah menghadiri featival Budaya, Jakarta - Berlin yang diadakan di Berlin, Jerman  dan International Festival Ubud, di Bali. Pada kesempatan ini beliau menulis sebuah makalah mengenai "Kemandirian petani madura : Sebuah Refleksi Tentang Ironi kemakmuran, Etos kerja dan Visi Lingkungan". Dalam  makalah tersebut beliau memaparkan bahwa etos kerja masyarakat madura tergolong ulet. Tataniaga tembakau sebagai salah satu jenis tanaman andalan dan visi lingkungan merupakan butir penting yang kerap kali terlepas dari perhatian karena dibayang-bayangi oleh kata'kemajuan' dan 'kemakmuran'. Padahal itulah yang mestinya pertama kali dijadikan pertimbangan.
Acara ini juga tidak hanya sekadar pemaparan talkshow oleh pemateri, melainkan kita aplikasikan langsung melalui produk-produk yang dibawa dari masing-masing delegasi Popmasepi di bidang kewirausahaanya. Kualitas dan inovasi produk sangat terasa dalam pameran kali ini, dimana semua produk yang dihasilkan ialah berbasis pertanian. Adapun produk-produk yang terdapat pada event kali ini ialah : “Mr. DanCok”, yaitu olahan cokelat dari Poltek Jember,”Morinda”, yaitu kopi dari mengkudu dari Universitas Brawijaya, “Sirup Buah Pala” hasil produksi mahasiswa Agribisnis UMMI Sukabumi, “Black Banana” Pisang Gulung Cokelat dari Misekta Universitas Hassanudin, “Filostik” Filosofi Unik dari Akrilik yaitu kerajinan dari hasil bahan pertanian mahasiswa agribisnis Universitas Brawijaya, dan permen olahan ubi jalar hasil desa mitra HIPMAGRI Unswagati Cirebon.  Tak hanya ditampilkan dari segi produk, melainkan pada kesempatan kali ini kita juga mengadakan kompetisi perencanaan bisnis melalui presentasi.
Juri pada kesempatan kali ini yaitu Kang Fahmi dan Mas Adib, beliau berdua ialah senior Popmasepi yang berhasil dalam merintis bisnisnya dengan omset yang jutaan. Sebelum melakukan penjurian, dua senior Popmasepi ini berbagi ilmu atau Sharing mengenai bisnis yang ditekuninya. Fahmi Baihaqi atau biasa dipanggil kang Fahmi merupakan pengurus Popmasepi periode 2009-2011. Beliau memiliki usaha dengan jennis aneka produk pertanian dan kelautan, restoran, dropshipper, publisher, dan lain-lain. Beliau mengutarakan bahwa semua usahanya tidak menggunakan modal, melainkan memanfaatkan jaringan media online sebagai penggerak usahanya. “Saya jadikan Google, Facebook dan twitter sebagai Karyawan usaha saya”. Jelas Kang Fahmi. Sedangkan senior Popmasepi yang satu  lagi yaitu M. Adib Fikri atau biasa dipanggill mas Adib, sama dengan kang Fahmi yang memiliki usaha begitu banyak namun mas Adib memiliki usaha yang terfokus pada Trainer and Motivator. Visi yang dijadikan usahanya ialah “Meninggalkan Karya melebihi usaha di dunia” dan menjalankan misinya ialah “Menjadikan tiap detik hidup adalah ibadah”. Saat ini omset usaha yang sudah dihasilkan mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini yang patutnya harus kita contoh bagi para delegasi Popmasepi dan juga para pemuda di zaman sekarang.

 
Sharing sedang disampaikan oleh Mas Adib Fikri
 


Dari hasil presentasi produk yang disampaikan dari masing-masing delegasi, yang mendapatkan nilai tertingggi ialah Himpunan Mahasiswa Politeknik Jember dengan produknya yaitu “Mr. Dancok”. Sedangkan yang menjadi runner-up pada kompetisi kali ini ialah PERMASETA UB, dengan produknya yaitu Morinda “Kopi dari Mengkudu”. Penilaian yang dilakukan ialah dari segi produk yang dihasikan, presentasi dan target perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek, dll

 
Juara I Produk Pekan Kewirausahaan Nasional (Poltek Jember)


Runner-Up  Produk Pekan Kewirausahaan Nasional
(Permaseta Universitas Brawijaya)



Acara terakhir ditutup dengan Rapat Koordinasi Nasional DPP POPMASEPI. Adapun agenda rakoornas kali ini ialah laporan tengah tahun dari masing-masing staff dan bidang DPP dan DPW POPMASEPI dan juga rencana jangka pendek dan jangka panjang dari Ketua Umum DPP POPMASEPI. Rakoornas ini juga kembali menyinergikan antara DPP dan DPW dalam menjalankan program kerja baik yang sudah maupun belum berjalan. Rakoornas kali ini dipimpin oleh tiga presidium dari DPP POPMASEPI, yaitu Presidium I Ali Akbar Ifandi (Staff Ahli Internal), Presidium II Agung Nugraha (Sekertaris Umum) dan Idzhar Jaya Nugraha (Staff Ahli Eksternal dan Pers).


Proses berjalannya Rakoornas POPMASEPI 2014
 
Tujuan yang diharapkan dalam acara ini ialah memberikan semangat baru bagi para kalangan muda untuk terus sama-sama membangun negeri ini dengan wirausaha. Begitu banyak peluang yang bisa kita dapatkan, asal kita mau memulai. Kearifan Budaya lokal dan visi membangun lingkungan merupakan suatu hal yang patutnya dilakukan secara bersama-sama, sebagai dasar pembangunan wirausaha berbasis pertanian lokal. Be a Competitive, Creative and Innovative People.


Berikut foto-foto produk yang di tampilka n